And ye have forgotten the exhortation which speaketh unto you as unto children, My son, despise not thou the chastening of the Lord, nor faint when thou art rebuked of him: For whom the Lord loveth he chasteneth, and scourgeth every son whom he receiveth.

YEFTA: PAHLAWAN IMAN YANG MENGHERANKAN

| Thursday, October 7, 2010

                    Diringkas oleh: Sri Setyawati

 "Lalu Roh TUHAN menghinggapi Yefta; ia berjalan melalui daerah
 Gilead dan daerah Manasye, kemudian melalui Mizpa di Gilead, dan
 dari Mizpa di Gilead ia berjalan terus ke daerah bani Amon. Lalu
 bernazarlah Yefta kepada TUHAN, katanya: 'Jika Engkau
 sungguh-sungguh menyerahkan bani Amon itu ke dalam tanganku, maka
 apa yang keluar dari pintu rumahku untuk menemui aku, pada waktu aku
 kembali dengan selamat dari bani Amon, itu akan menjadi kepunyaan
 TUHAN, dan aku akan mempersembahkannya sebagai korban bakaran.'"
 (Hakim-Hakim 11:29-31)

 Yefta (artinya: Ia akan membukakan) adalah seorang pahlawan yang
 gagah perkasa yang berasal dari Gilead. Ayah Yefta ialah Gilead,
 salah seorang dari suku Manasye yang dihormati, sementara ibunya
 adalah seorang sundal. Setelah beranjak besar, saudara-saudara tiri
 Yefta mengusirnya dari tanah keluarga mereka dan  mengatakan kepada
 Yefta bahwa ia tidak berguna dan tidak layak tinggal di antara
 mereka. Lalu Yefta berdiam di tanah Tob dan hidup dengan para
 perampok.

 Beberapa tahun kemudian ketika umat
 Israel ditindas oleh orang Amon, bangsa Israel berseru-seru meminta
 pertolongan Tuhan. Bukan hanya itu, saudara-saudara Yefta juga
 meminta Yefta untuk kembali pulang. Mereka mengangkat dia menjadi
 kepala dan panglima mereka dalam melawan bani Amon. Hal ini
 membuktikan bahwa penilaian manusia tidak memengaruhi penilaian
 Tuhan atas kita. Tuhan tidak menghiraukan kemampuan ataupun
 ketidakmampuan kita, kesalahan masa lalu maupun riwayat keluarga
 kita yang jauh dari sempurna. Artis ternama Hollywood mungkin
 segalanya bagi para penggemarnya, tapi itu belum tentu berarti bagi
 Tuhan. Anak-anak pelacur, orang-orang buangan, mereka yang
 dipandang rendah oleh masyarakat adalah orang-orang yang terbesar.

 Demikian pula dengan Yefta. Sekalipun dia tidak memiliki riwayat
 hidup yang cemerlang, namun Tuhan tetap memakainya dan bahkan
 namanya tercatat dalam daftar pahlawan iman. Karakter Yefta sulit
 untuk dipahami dan mengherankan; dia pemberani namun kadang dia
 begitu spontan dan tergesa-gesa dalam mengambil keputusan; dia
 beriman teguh, namun sering kali dia tidak konsisten.

 Nama Yefta dimasukkan ke dalam daftar pahlawan iman bukan tanpa
 alasan. Dia menunjukkan keberaniannya demi Allah ketika semua orang
 yang lain ketakutan. Kompromi tidak pernah menjadi pilihannya ketika
 reputasi Tuhan di antara bangsa-bangsa dipertaruhkan. Pendirian
 Yefta menggambarkan definisi iman seperti yang ditulis dalam ayat
 pertama Ibrani 11: ia yakin pada apa yang ia harapkan dan ia yakin
 pada apa yang tidak dilihatnya. Penindasan selama 18 tahun tentunya
 tidak mendukung keyakinan orang bahwa Tuhanlah yang memegang
 kendali. Tapi Yefta tahu bahwa Allahlah yang memegang kendali. Ia
 tahu bahwa Allah yang menaklukkan Mesir, yang membelah Laut Merah,
 dan yang memberikan Tanah Kanaan kepada umat Israel tidak akan
 meninggalkan mereka. Tanpa iman tidak seorang pun bisa menyenangkan
 hati Allah, namun dengan iman segala hal yang mustahil bisa terjadi.
 Iman Yefta memampukan Yefta memimpin orang Israel menaklukkan orang
 Amon.

 Beberapa saat sebelum berperang melawan orang Amon, Yefta bernazar
 kepada Allah. Katanya, "Jika Engkau sungguh-sungguh menyerahkan bani
 Amon itu ke dalam tanganku, maka apa yang keluar dari pintuku untuk
 menemui aku, pada waktu aku kembali dengan selamat dari bani Amon,
 itu akan menjadi milik Tuhan dan aku akan mempersembahkannya sebagai
 korban bakaran" (11:30-31). Saat ia kembali dari perang ternyata
 putri tunggalnyalah yang menyambutnya. Sekalipun hatinya bersedih,
 namun dia memenuhi nazarnya dan mempersembahkan putrinya kepada
 Tuhan. Akhirnya, kemenangannya yang besar itu berubah menjadi
 kesedihan yang mendalam.

 Bagaimanakah Allah dapat menggunakan orang semacam ini? Dan mengapa
 Yefta dicantumkan sebagai pahlawan iman bersama dengan Musa dan
 Abraham? Allah bekerja melalui orang-orang yang memiliki karakter
 yang bercacat. Jika Allah menginginkan kesempurnaan, tidak ada
 seorang pun dari kita yang memiliki peluang untuk dipakai-Nya.
 Berapa banyak dari kita yang telah mengorbankan anak-anak kita demi
 kesuksesan kita? Akhir kisah Yefta yang tragis mengingatkan kita
 bahwa kita harus selalu menilai diri kita dengan tolok ukur Alkitab
 dan kita harus berusaha keras untuk berjalan bersama dengan Allah
 dengan rendah hati.

 Yefta hidup pada periode antara Yosua dan Samuel, pada masa
 hakim-hakim. Setelah memerintah sebagai hakim atas orang Israel
 selama 6 tahun, maka matilah Yefta. Ia dikuburkan di sebuah kota di
 daerah Gilead.

 Diambil dan diringkas dari:
 Judul artikel: Yefta
 Judul buku asli: Names of Heroes of the Faith
 Judul buku: Pahlawan Iman
 Penulis: Mark A. Tabb
 Penerjemah: Yantje
 Penerbit: Yayasan Andi, Yogyakarta 2002
 Halaman: 149 -- 158
_______________________________________

2 komentar:

Inspironi said...

Shalom, salam kenal.....keep inspiring and keep blogging :)

Unknown said...

salam kenal juga ...makasih untuk kunjungannya

Post a Comment