Diringkas oleh: Sri Setyawati
"Lalu Roh TUHAN menghinggapi Yefta; ia berjalan melalui daerah
Gilead dan daerah Manasye, kemudian melalui Mizpa di Gilead, dan
dari Mizpa di Gilead ia berjalan terus ke daerah bani Amon. Lalu
bernazarlah Yefta kepada TUHAN, katanya: 'Jika Engkau
sungguh-sungguh menyerahkan bani Amon itu ke dalam tanganku, maka
apa yang keluar dari pintu rumahku untuk menemui aku, pada waktu aku
kembali dengan selamat dari bani Amon, itu akan menjadi kepunyaan
TUHAN, dan aku akan mempersembahkannya sebagai korban bakaran.'"
(Hakim-Hakim 11:29-31)
Yefta (artinya: Ia akan membukakan) adalah seorang pahlawan yang
gagah perkasa yang berasal dari Gilead. Ayah Yefta ialah Gilead,
salah seorang dari suku Manasye yang dihormati, sementara ibunya
adalah seorang sundal. Setelah beranjak besar, saudara-saudara tiri
Yefta mengusirnya dari tanah keluarga mereka dan mengatakan kepada
Yefta bahwa ia tidak berguna dan tidak layak tinggal di antara
mereka. Lalu Yefta berdiam di tanah Tob dan hidup dengan para
perampok.
Beberapa tahun kemudian ketika umat
Israel ditindas oleh orang Amon, bangsa Israel berseru-seru meminta
pertolongan Tuhan. Bukan hanya itu, saudara-saudara Yefta juga
meminta Yefta untuk kembali pulang. Mereka mengangkat dia menjadi
kepala dan panglima mereka dalam melawan bani Amon. Hal ini
membuktikan bahwa penilaian manusia tidak memengaruhi penilaian
Tuhan atas kita. Tuhan tidak menghiraukan kemampuan ataupun
ketidakmampuan kita, kesalahan masa lalu maupun riwayat keluarga
kita yang jauh dari sempurna. Artis ternama Hollywood mungkin
segalanya bagi para penggemarnya, tapi itu belum tentu berarti bagi
Tuhan. Anak-anak pelacur, orang-orang buangan, mereka yang
dipandang rendah oleh masyarakat adalah orang-orang yang terbesar.
Demikian pula dengan Yefta. Sekalipun dia tidak memiliki riwayat
hidup yang cemerlang, namun Tuhan tetap memakainya dan bahkan
namanya tercatat dalam daftar pahlawan iman. Karakter Yefta sulit
untuk dipahami dan mengherankan; dia pemberani namun kadang dia
begitu spontan dan tergesa-gesa dalam mengambil keputusan; dia
beriman teguh, namun sering kali dia tidak konsisten.
Nama Yefta dimasukkan ke dalam daftar pahlawan iman bukan tanpa
alasan. Dia menunjukkan keberaniannya demi Allah ketika semua orang
yang lain ketakutan. Kompromi tidak pernah menjadi pilihannya ketika
reputasi Tuhan di antara bangsa-bangsa dipertaruhkan. Pendirian
Yefta menggambarkan definisi iman seperti yang ditulis dalam ayat
pertama Ibrani 11: ia yakin pada apa yang ia harapkan dan ia yakin
pada apa yang tidak dilihatnya. Penindasan selama 18 tahun tentunya
tidak mendukung keyakinan orang bahwa Tuhanlah yang memegang
kendali. Tapi Yefta tahu bahwa Allahlah yang memegang kendali. Ia
tahu bahwa Allah yang menaklukkan Mesir, yang membelah Laut Merah,
dan yang memberikan Tanah Kanaan kepada umat Israel tidak akan
meninggalkan mereka. Tanpa iman tidak seorang pun bisa menyenangkan
hati Allah, namun dengan iman segala hal yang mustahil bisa terjadi.
Iman Yefta memampukan Yefta memimpin orang Israel menaklukkan orang
Amon.
Beberapa saat sebelum berperang melawan orang Amon, Yefta bernazar
kepada Allah. Katanya, "Jika Engkau sungguh-sungguh menyerahkan bani
Amon itu ke dalam tanganku, maka apa yang keluar dari pintuku untuk
menemui aku, pada waktu aku kembali dengan selamat dari bani Amon,
itu akan menjadi milik Tuhan dan aku akan mempersembahkannya sebagai
korban bakaran" (11:30-31). Saat ia kembali dari perang ternyata
putri tunggalnyalah yang menyambutnya. Sekalipun hatinya bersedih,
namun dia memenuhi nazarnya dan mempersembahkan putrinya kepada
Tuhan. Akhirnya, kemenangannya yang besar itu berubah menjadi
kesedihan yang mendalam.
Bagaimanakah Allah dapat menggunakan orang semacam ini? Dan mengapa
Yefta dicantumkan sebagai pahlawan iman bersama dengan Musa dan
Abraham? Allah bekerja melalui orang-orang yang memiliki karakter
yang bercacat. Jika Allah menginginkan kesempurnaan, tidak ada
seorang pun dari kita yang memiliki peluang untuk dipakai-Nya.
Berapa banyak dari kita yang telah mengorbankan anak-anak kita demi
kesuksesan kita? Akhir kisah Yefta yang tragis mengingatkan kita
bahwa kita harus selalu menilai diri kita dengan tolok ukur Alkitab
dan kita harus berusaha keras untuk berjalan bersama dengan Allah
dengan rendah hati.
Yefta hidup pada periode antara Yosua dan Samuel, pada masa
hakim-hakim. Setelah memerintah sebagai hakim atas orang Israel
selama 6 tahun, maka matilah Yefta. Ia dikuburkan di sebuah kota di
daerah Gilead.
Diambil dan diringkas dari:
Judul artikel: Yefta
Judul buku asli: Names of Heroes of the Faith
Judul buku: Pahlawan Iman
Penulis: Mark A. Tabb
Penerjemah: Yantje
Penerbit: Yayasan Andi, Yogyakarta 2002
Halaman: 149 -- 158
______________________________
2 komentar:
Shalom, salam kenal.....keep inspiring and keep blogging :)
salam kenal juga ...makasih untuk kunjungannya
Post a Comment